Senin, 21 Agustus 2023 – 07:41 WIB
Jakarta – Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono memgungkapkan bahwa pemberlakuan Work From Home (WFH) di Jakarta tidak banyak memengaruhi kualitas udara di DKI Jakarta. Menurutnya, kualitas udara di Jakarta pada pagi hari ini, tidak berbeda jauh dengan sebelum diberlakukan WFH.
Baca Juga :
Heru Budi Minta ASN DKI yang WFH Diberi Tugas Banyak: Biar Gak Mondar-Mandir
Miko mengatakan, bahwa penyumbang polusi udara bukanlah kendaraan bermotor. Sebab, meski kendaraan bermotor telah berkurang dengan adanya WFH, tetapi kualitas udara tidak banyak berubah.
“Jadi kalau menurut saya dengan kepadatan yang seperti ini, kualitas udaranya tidak banyak berkurang, jadi menurut saya kualitas udara dengan work from home itu kurang efektif ya untuk mengurangi pencemaran udara di Jakarta,” kata Miko dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Senin 21 Agustus 2023.
Baca Juga :
Heru Budi: Anak Sekolah di Sekitar Venue KTT ASEAN Belajar dari Rumah 4-7 September
Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta.
Sejauh ini, menurut Miko, dengan berlakunya work from home 50% di DKI Jakarta tidak banyak berpemgaruh. “Kalau kelihatannya kendaraan bermotor berkurang 50%, tetapi kualitas udara yang terjadi di Jakarta tidak berkurang 50%, itu menunjukkan bahwa (mengurangi) transportasi tidak efektif atau kurang efektif,” kata Miko
Baca Juga :
PJ Gubernur Sebut 75 Persen ASN DKI WFH Selama KTT ASEAN 2023
Ini menjadi PR bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk mencari tahu apa yang menjadi penyebab pasti polusi udara di Indonesia. “Jadi kalau menurut saya masih harus dicari penyebab pencemaran udara di Jakarta, apakah itu dari industri, apakah itu dari sebab lain, jadi mesin-mesin misalnya, rumah tangga atau pembakaran sampah atau lain-lain harus dicari,” ujarnya
Miko juga menyayangkan di DKI Jakarta banyak alat pengukur kualitas udara yang tidak berfungsi. Sehingga masyarakat kerap kesulitan apabila ingin mengetahui kondisi kualitas udara secara real time.
Halaman Selanjutnya
“Karena kepadatannya sudah banyak berkurang 50%, tapi kualitas udaranya ya tidak jauh berbeda, begitu. Tapi sebenarnya kualitas udara itu harus diukur, sayangnya alat pengukur udaranya di Jakarta banyak yang mati di HI ini ada alat ukur kualitas udara tapi tidak hidup, harusnya kita bisa melihat (kualitas udara),” ujar Miko
Quoted From Many Source